Wakaf Polis Asuransi Syariah Prudential ( Pengertian Wakaf Serta Perbedaannya Dengan Zakat, Infak dan Sedekah )


1.Zakat 
Secara harfiah zakat mempunyai beberapa arti :
Pertama: An-Nama(tumbuh dan berkembang)
Artinya bahwa harta yang dikeluarkan sebagai zakat, tidaklah akan berkurang, justru akan tumbuh dan berkembang lebih banyak.

Kedua: Ath-Thaharah(suci)
Artinya bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya, akan menjadi bersih dan membersihkan jiwa yang memilikinya dari kotoran hasad, dengki dan bakhil.

Ketiga:Ash-Sholahu(baik)
Artinya bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya, akan menjadi baik dan zakat sendiri akan memperbaiki kwalitas harta tersebut dan memperbaiki amal yang memilikinya.

Secaraistilah, Zakat adalah;
"Kewajiban mengeluarkan Harta tertentu dengan syarat Cukup Haul dan Nishabnya."

Setelah ditentukan syarat pengeluaarannya, maka ditentukan pula syarat yang berhak menerimanya  diberikan kepada orang –orang tertentu yang telah ditetapkan Allah dalam Qur’an Surat At-Taubah Ayat 60


“Sesungguhnya Zakat itu hanyalah milik orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, mualaf ,untuk memerdekakan hambasahaya,orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan........”(QS.9-AtTaubah60)"




2.Pengertian Infak
Infak dapat dari akar kata Nafaqa yang mempunyai arti keluar.
Dari akar kata inilah muncul istilah Nifaq-Munafiq, yang mempunyai arti orang yang keluar dari ajaran Islam.

Sedangkan Infak secara istilah adalah:
* Mengeluarkan sebagian harta untuk sesuatu kepentingan setelah kebutuhan dasar (keluarga) terpenuhi. (QSAl-BaqarahA219)
*Diberikan kepada orang-orang tertentu yang telah ditetapkan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah  Ayat 215

Syarat Infak
“Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan)”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan. (QS.2 AlBaqarah 219)

Syarat Penerima Infak
(QS.2-AlBaqarah215)
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi:
(1)Kedua orang tua,
(2)Kerabat,
(3)Anak yatim,
(4)Orang miskin
(5)Orang yang dalam perjalanan”

“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah, dan mereka itulah orang-orang beruntung".

3.Wakaf / Sedekah zariah 
Secara etimologis Wakaf berasal dari kata waqafa-yaqifu-waqfan yang mempunyai arti menghentikan atau menahan. 

Secara terminologis para ulama telah memberikan definisi wakaf, 
seperti ungkapan Imam Nawawi 
"Wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tetapi bukan untuk dirinya sementara benda itu tetap ada padanya dan digunakan manfaatnya untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah".

Dalam istilah Tajwid, Waqof diartikan tempat Berhenti Bacaan (Menyempurnakan Bacaan), dalam pelaksanaan Haji yang disebut dengan Wuquf adalah juga Berhenti untuk Berzikir kepada Allah (Menyempurnakan Haji) Jadi Waqaf itu bisa diartikan Memberhentikan Harta (Menyempurnakan Harta)

Pengertian Wakaf
Pengertian Wakaf merupakan perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran islam.

Dalam Undang-undang No. 41 Tahun 2004
Pengertian Wakaf adalah perbuatan hukum wakif (pihak yang mewakafkan harta benda miliknya) untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariat

Menurut Mazhab Syafi’i

                                                                               حَبْسُ مَالٍ يُمْكِنُ الاِنْتِفَاعُ بِهِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ بِقَطْعِ التَّصَرُّفِى رَقَبَتِهِ علَى
                                                                                                                                                مَصْرَفٍف مُبَاحٍ

”Menahan harta yang dapat diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya barang, dan barang itu lepas dari penguasaan si wakif serta dimanfaatkan pada suatu yang diperbolehkan oleh agama.”
(Sumber : al-Fikih al-Islami wa Adillatuh, Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili)

Wasiat adalah iishaa’ (memberikan pesan, perintah, pengampuan, perwalian)
secara etimologi ; sebagai janji kepada orang lain untuk melaksanaan suatu pekerjaan tertentu semasa hidupnya atau setelah meninggalnya.
Sumber Fiqih I l Adill Sumber Fiqih Islam wa Adillatuhu, Prof.Dr.Wahbah Az-Zuhaili BAB Keempat “Washaya” hal 154

                                                   وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ
                                                                                                                                       ( عَلَى الْمُتَّقِينَن ( 180

”Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan kaum kerabatnya secara ma'ruf. (Ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al-Baqarah : 180)



Penulis : Nasrudin
IG        : @nnasrudin70
WEB   : www.nazrudin.com
WA      : 0857-8108-3314



0 Komentar